Setiap tanggal 28 April, Indonesia memperingati Hari Puisi Nasional. Tanggal ini dipilih untuk mengenang wafatnya Chairil Anwar, salah satu pelopor puisi modern Indonesia yang karyanya membangkitkan semangat generasi. Chairil Anwar dikenal lewat puisi-puisi tajam, emosional, dan penuh pergulatan batin, seperti Aku dan Krawang-Bekasi. Hingga kini, puisinya tetap menginspirasi.
Hari Puisi Nasional bukan sekadar mengenang seorang tokoh, melainkan juga merayakan kekuatan kata dalam membangun peradaban. Puisi mampu menjadi cermin perasaan manusia, suara bagi yang bisu dan harapan di tengah keputusasaan. Lewat bait-baitnya, puisi membebaskan gagasan, memanusiakan logika, dan merangkul emosi.
Di era serba digital ini, puisi tetap menemukan jalannya. Banyak penyair muda yang kini membagikan karya lewat media sosial, memperkenalkan puisi dengan gaya yang lebih segar namun tetap berakar pada kejujuran rasa. Festival, lomba cipta puisi, hingga pembacaan puisi secara daring pun turut meramaikan peringatan ini, membuktikan bahwa puisi tak pernah kehilangan tempatnya di hati masyarakat.
Memperingati Hari Puisi Nasional mengajak kita untuk kembali menyadari pentingnya kepekaan. Di tengah dunia yang serba cepat, puisi mengajarkan untuk berhenti sejenak, mendengarkan detak batin, dan merasakan kehidupan dengan lebih dalam. Bahkan satu bait pendek bisa mengubah pandangan seseorang, menghidupkan harapan baru atau menyalakan semangat perubahan.
Mungkin, di hari ini, kita bisa mengambil waktu sebentar, membaca puisi favorit, menulis sebaris kata tentang apa yang kita rasakan, atau sekadar mengingat bahwa kata-kata punya kekuatan luar biasa. Karena dalam puisi, kita tak hanya menemukan keindahan bahasa, tetapi juga menemukan kembali diri sendiri.
Selamat Hari Puisi Nasional.