Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional sebagai bentuk penghormatan kepada Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional. Di balik semangat “Tut Wuri Handayani” yang beliau wariskan, ada satu tempat yang sering luput dari sorotan namun memegang peranan penting dalam dunia pendidikan yaitu perpustakaan.
Perpustakaan bukan hanya bangunan penuh rak-rak buku, melainkan jantung dari semangat belajar yang terus berdetak. Ia adalah rumah bagi para pencari ilmu, ruang hening bagi pertumbuhan ide, dan pelabuhan damai bagi mereka yang haus akan pengetahuan.
Dalam era digital seperti sekarang pun, perpustakaan tetap relevan. Ia telah bertransformasi, bukan hanya menyimpan buku, tapi juga menyediakan akses internet, ruang diskusi, tempat bermain untuk anak, pelatihan literasi hingga ruang kreatif bagi generasi muda.
Di berbagai daerah, perpustakaan desa dan sekolah menjadi cahaya di tengah keterbatasan. Bayangkan seorang anak di pelosok yang menemukan dunianya lewat buku cerita bergambar. Atau seorang ibu rumah tangga yang belajar keterampilan baru dari buku kerajinan. Perpustakaan menjadi saksi perubahan hidup seseorang.
Hari Pendidikan Nasional seharusnya menjadi momen refleksi, sudahkah kita menghidupkan kembali peran perpustakaan di sekitar kita? Sudahkah kita menjadikannya tempat yang ramah, menyenangkan, dan mudah diakses semua kalangan?
Mari kita rawat perpustakaan seperti kita merawat taman, tempat tumbuhnya bunga-bunga pengetahuan. Karena pendidikan bukan hanya tentang ruang kelas dan papan tulis, tapi juga tentang ruang-ruang hening yang membebaskan pikiran, seperti perpustakaan.
Di Hari Pendidikan Nasional ini, mari kita rayakan bukan hanya dengan seremoni, tapi juga dengan aksi kecil seperti mengajak anak ke perpustakaan, menyumbangkan buku, atau sekadar duduk membaca.