Di tengah perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang pesat, buku anak tetap memegang peranan penting dalam kehidupan anak-anak. Buku bukan hanya kumpulan kata dan gambar, tetapi juga jendela pengetahuan pertama bagi anak untuk mengenal dunia. Melalui buku, anak-anak belajar memahami emosi, mengenal nilai-nilai kehidupan, serta mengasah daya pikir dan imajinasi mereka. Namun, di Indonesia, keberadaan buku anak yang benar-benar berkualitas masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu diperhatikan bersama.
Buku anak yang berkualitas seharusnya tidak hanya menarik dari segi tampilan, tetapi juga mengandung pesan yang baik dan sesuai dengan usia anak. Buku seperti ini mampu memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan sekaligus membentuk karakter anak sejak dini. Sayangnya, masih banyak buku anak yang beredar di pasaran hanya mengedepankan ilustrasi lucu tanpa memperhatikan isi cerita yang membangun. Beberapa buku bahkan menggunakan bahasa yang sulit dipahami atau menyampaikan pesan yang kurang tepat bagi perkembangan mental anak.
Tantangan dalam menciptakan buku anak berkualitas tidaklah sedikit. Salah satunya adalah jumlah penulis dan ilustrator yang memang fokus dan memahami dunia anak masih terbatas. Menulis untuk anak bukan perkara mudah. Seorang penulis harus mampu menyampaikan pesan yang dalam dengan bahasa yang sederhana dan menyenangkan. Cerita yang disampaikan juga harus dekat dengan kehidupan anak, sehingga mereka mudah memahami dan merasa terhubung.
Selain itu, penerbit sering kali lebih mempertimbangkan sisi komersial. Buku yang dianggap laku di pasaran biasanya yang menampilkan tokoh terkenal atau tema populer, meskipun isi ceritanya kurang bermakna. Akibatnya, buku-buku anak lokal yang sebenarnya kaya akan nilai budaya dan pendidikan sering kali tenggelam karena kurangnya promosi atau dukungan dari industri penerbitan. Padahal, buku anak yang mengambil latar budaya lokal sangat penting untuk membentuk identitas dan rasa cinta tanah air pada diri anak.
Meskipun demikian, kita patut bersyukur karena saat ini sudah mulai banyak gerakan dan komunitas yang peduli terhadap literasi anak. Di berbagai daerah, muncul komunitas membaca, kelas mendongeng, serta kegiatan menulis cerita anak. Banyak perpustakaan dan sekolah juga mulai menyediakan ruang baca anak yang nyaman dan ramah. Bahkan, beberapa penulis Indonesia seperti Clara Ng dan Reda Gaudiamo telah menghasilkan karya-karya anak yang diakui kualitasnya. Buku “Na Willa” misalnya, bukan hanya bercerita tentang keseharian anak, tetapi juga memperkenalkan nilai-nilai keberagaman dengan cara yang halus dan menyentuh.
Ciri khas buku anak berkualitas adalah kemampuannya menyampaikan pesan-pesan penting dengan cara yang sederhana. Misalnya, cerita tentang toleransi, persahabatan, kejujuran, atau kerja sama dapat disampaikan melalui tokoh binatang, permainan anak, atau kisah sehari-hari yang akrab dengan mereka. Buku anak juga dapat menjadi alat untuk mengenalkan berbagai isu sosial, seperti perbedaan suku, agama, atau kondisi fisik dengan cara yang tidak menghakimi. Sayangnya, belum banyak buku anak di Indonesia yang berani menyentuh tema-tema ini dengan tepat.
Peran orang tua dan guru sangat penting dalam memperkenalkan buku yang baik kepada anak. Membacakan cerita sebelum tidur atau mengajak anak ke perpustakaan bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar. Namun, orang dewasa juga perlu belajar untuk memilih buku yang sesuai. Tidak semua buku anak layak diberikan kepada anak. Buku yang terlalu berat, menggunakan bahasa yang kasar, atau mengandung kekerasan sebaiknya dihindari. Oleh karena itu, pengetahuan tentang literasi anak perlu terus disebarluaskan, tidak hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk para orang tua dan pendidik.
Pemerintah dan lembaga terkait juga memiliki peran besar dalam mendorong pertumbuhan buku anak berkualitas. Kebijakan yang mendukung penulis lokal, pelatihan untuk ilustrator, serta pemberian insentif bagi penerbit buku anak bisa menjadi langkah konkret. Program Gerakan Literasi Nasional yang sudah berjalan dapat diperluas dengan menambahkan koleksi buku anak yang bermutu di perpustakaan sekolah dan daerah. Buku-buku ini juga harus dibuat mudah diakses, khususnya oleh anak-anak di daerah yang sulit dijangkau.
Selain buku cetak, kini buku anak digital juga semakin populer. Buku digital bisa menjadi solusi untuk menjangkau lebih banyak anak, terutama di era internet seperti sekarang. Namun, pengembangannya tetap harus memperhatikan kualitas isi dan tampilan. Buku digital yang baik bukan sekadar penuh warna dan suara, tetapi juga menyajikan cerita yang bermakna. Bila digunakan dengan bijak, buku digital bisa menjadi sarana belajar yang menyenangkan dan efektif.
Untuk mewujudkan ekosistem buku anak yang sehat, dibutuhkan kerja sama dari banyak pihak. Penulis, ilustrator, editor, penerbit, pustakawan, guru, orang tua, hingga pembuat kebijakan perlu saling mendukung. Jika semua pihak bersinergi, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi negara yang kaya akan buku anak berkualitas. Anak-anak Indonesia pun dapat tumbuh menjadi generasi yang gemar membaca, berpikir kritis, serta memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya.
Membangun kebiasaan membaca sejak kecil adalah investasi jangka panjang. Buku-buku yang baik akan menemani anak-anak dalam proses tumbuh kembang mereka, memberikan mereka bekal untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Oleh karena itu, sudah saatnya kita lebih serius dalam memperhatikan kualitas buku anak. Kita tidak boleh puas hanya dengan buku yang tampak lucu dan menarik secara visual. Kita harus mendorong lahirnya lebih banyak buku anak yang cerdas, hangat, dan menyentuh hati.
Melalui upaya bersama, mari kita ciptakan lingkungan yang mendukung tumbuhnya buku anak berkualitas. Sebab dari cerita-cerita yang baik, akan lahir anak-anak yang berpikiran terbuka, berjiwa besar, dan siap berkontribusi untuk bangsa. Buku anak bukan sekadar hiburan, tetapi fondasi penting dalam membentuk manusia Indonesia yang utuh.